Biografi Singkat
Syaikh Hasanoel Bashry HG, lahir di desa Uteun Geulinggang Kecamatan
Krueng Geukueh Kabupaten Aceh Utara pada tanggal 26 Sya`ban 1368 Hijriah
atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1949 Masehi .
Beliau adalah yang tertua dari dua bersaudara, putera pasangan Tgk H Gadeng
dan Ummi Manawiyah yang merupakan dari keluarga berlatarbelakang agama yang
kuat. Disiplin yang ditanamkan oleh orangtuanya telah membentuk karakter Abu
MUDI menjadi sosok yang sangat menghargai waktu dan mencintai ilmu Allah
melebihi segalanya. Beliau tampil sebagai pribadi yang tekun belajar dan tidak
bosan melakukan kajian.
Tahap-tahap pembelajaran sistem klasikal dayah (pesantren) tradisional yang
berbentuk halaqah dilalui dengan penuh semangat sampai selesai pada tahun 1972
(tujuh tahun). Di sini beliau memperoleh bimbingan dari guru-guru
beliauKecintaan kepada ilmu agama membuat beliau betah untuk terus bergelut
dengan tradisi keilmuan dayah, segera setelah menamatkan jadwal pembelajaran
kurikulum wajib, beliau mendaftar di tahap pembelajaran lanjutan.
Di tahun yang sama beliau masuk di kelas Bustanul Muhaqqiqin sampai selesai
pada tahun 1975. Dalam pembelajaran di tingkat Bustanul Muhaqqiqin, beliau
mendapat gemblengan khusus dari Abon (Tgk. H. Abdul Aziz Shaleh sebagai
pimpinan pesantren). Di masa ini pula beliau diserahi tugas-tugas administrasi
kedayahan yang dalam konteks sekarang diistilahkan sebagai “magang”. Dalam masa
itu beliau sempat mengemban tugas sebagai sekretaaris umum pesantren MUDI (1972-19750).
Sukses memenuhi tanggung jawab, lalu beliau diangkat sebagai ketua umum
pesantren MUDI pada tahun 1975, dan terus dijabatnya. Pada 1978, dalam usia 29
tahun, beliau menikah dengan putri sulung Abon Aziz, Shalihah.
Pengabdian tulus beliau dalam dunia kedayahan terus mendapat peningkatan
bobot tanggung jawab. Puncaknya adalah pada tahun 1988, saat Abon Aziz
meninggal dunia sehingga praktis tugas kepemimpinan pesantren harus diisi
olehnya. Dan akhirnya beliau ditetapkan pula menjadi pimpinan pesantren MUDI
Mesjid Raya sampai sekarang.
Jabatan Abu Mudi.
1. Pimpinan Dayah MUDI MESRA Samalanga
2. Penasehat Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA)
3. Ketua Syuriyah Nahdhatul Ulama (NU) Kab. Bireuen
4. wakil ketua Syuriyah Nahdhatul Ulama (NU) wilayah
Nanggroe Aceh Darussalam,
5. Dewan Majelis Syuyukh Majelis Permusyawaratan Ulama
(MPU) Provinsi Nanggro Aceh
Darussalam sejak tahun 2003 sampai sekarang
6. Wakil Ketua Majelis Pendidikan Daerah Kabupaten
Bireuen sejak tahun 2003 sampai sekarang.
7. Ketua Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI) Samalanga,
sejak tahun 2003 sampai dengan sekarang.
Pemikiran Abu Mudi Dalam Bentuk Tulisan.
Peran Ulama Dalam Perdamaian Aceh (Peran Ulama Dayah Dalam Konteks Pendekatan
Berbasis Agama Dan Pendidikan). Makalah yang disampaikan pada Workshop Pondok
Pesantren Dan Peace Building Bogor 23-25 Maret 2006.
Hasil karya lainnya dari Abu MUDI adalah Buku yang bertajuk Pemikiran Ulama
Dayah Aceh yang diterbitkan oleh BRR-NAD pada tahun 2006, Abu MUDI juga menulis
tentang Korupsi dalam Perspektif Islam, dan hingga saat ini semua karya tulis
beliau ada yang telah dibukukan dan ada pula masih dalam bentuk paper ilmiah
yang disampaikannya dalam setiap pertemuan ilmiah dalam berbagai acara, seperti
seminar, workshop hingga sidang ifta MPU Aceh.
Disamping buku-buku hasil karya Syaikh Hasanoel Bashry. HG yang menghiasi
khazanah pustaka, beliau juga memiliki murid dan kader yang handal. Di antara
muridnya yang mampu mewarisi semangat keilmuan dan bahkan di antara mereka ada
yang berhasil mendirikan Lembaga Pendidikan di daerahnya masing- masing sebagai
wujud dari perpanjangantangan dalam menyebarkan syari’at.
Selanjutnya, Abu MUDI juga telah merintis kerja sama antar negara, di mana
hingga sekarang ini Dayah MUDI telah menjalin kerjasama dengan
Universitas Sultan Sharif (Unissa) Brunei Darussalam, Mufti Penasehat Kerajaan
Brunei Darussalam dan Universitas Islam Antarbangsa Malaysia. Penandatangan
nota kerjasama dengan pihak Mufti Penasehat Kejaraan Brunei Darussalam pada
tanggal bertujuan untuk menerjemahkan manuskrip 600 kitab yang ditulis
para ulama di Asia Tenggara, termasuk ulama Aceh ke dalam bahasa Melayu dan
MUDI menyediakan orang yang memiliki kemampuan menerjemahkan manuskrip
tersebut. Sedangkan dengan pihak UNNISA, Abu menjalin kerjasama yaitu di bidang
pertukaran pengajar, mahasiswa, dan pengembangan paskasarjana,karena mengingat
Mudi juga memiliki STAI Al Aziziyah dan para mahasiswa dan pengajar STAI Al Aziziyah
bisa belajar di Unissa salah satu kampus negeri di Brunei. (Tim Media dan
Publikasi Panitia MUBES HUDA)
No comments:
Post a Comment